top of page

PT Equity World Futures : Tak Seperti RI, Negara Ini Justru Semringah Bunga Acuan AS Naik

  • Writer: PT Equityworld Futures Samarinda
    PT Equityworld Futures Samarinda
  • Jun 20, 2018
  • 2 min read

Equity World Futures - Suku bunga acuan Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fedyang semakin tinggi mengguncang banyak pasar di negara berkembang. Negara seperti Turki, Brazil dan Argentina merasakan imbas yang paling signifikan dari kebijakan tersebut, sementara negara-negara seperti India, Indonesia dan Filipina masih terus berjuang lewat intervensi suku bunga acuan bank sentralnya. Namun ada pula negara yang tak terpengaruh dari pengetatan bunga acuan AS. Dikutip detikFinance dari Reuters,analis menilai bank-bank sentral di negara-negara surplus transaksi berjalannya seperti Thailand, Korea Selatan, Taiwan, bahkan Malaysia tak harus 'susah payah' mengikuti kenaikan suku bunga the Fed. "Saya tidak melihat negara-negara itu dipaksa oleh The Fed karena beberapa dari mereka memiliki surplus yang sangat besar, sehingga mereka mungkin akan senang melihat mata uang yang lebih lemah dan arus modal keluar, pada margin," Mata uang yang lebih lemah dari arus keluar portofolio dinilai bisa membantu mendorong inflasi di bawah target, dan justru memberi stimulus bagi eksportir. Minggu ini pun akan ada pertemuan bank sentral di Thailand dan Taiwan, yang kemungkinan akan memperkuat pandangan tersebut.

Sebagian besar ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga di Thailand, Taiwan dan Korea Selatan akan bisa diredam dalam 18 bulan ke depan, sementara The Fed kemungkinan bisa naik lima atau enam kali. Sebagai gambaran dampak tingginya bunga acuan AS, Peso Filipina telah melemah hampir 7%. Saat ini diperdagangkan pada titik terendah dalam 12 tahun. Lalu Rupee India mendekati rekor terendah setelah kehilangan jumlah yang sama. Sementara Rupiah turun sekitar 5% setelah dua kenaikan suku bunga. Sebaliknya, mata uang Korea, Thailand, dan Taiwan semuanya turun 3% dari level Januari mendekati level tertinggi multi-year, sementara bank sentral mereka tetap mempertahankan suku bunga tetap stabil di dekat rekor terendah. Yang melatarbelakangi negara-negara tersebut bisa bertahan karena surplus ekonomi kurang mendapat tekanan. Ini membuat investor asing merespons positif. Di negara-negara defisit, investor cenderung memiliki obligasi jangka pendek, yang lebih likuid dan kurang berisiko daripada utang jangka panjang. Di negara-negara dengan surplus, investor lebih nyaman memegang surat berharga jangka panjang. Akibat The Fed mulai menaikkan suku bunga sekitar tiga tahun lalu, premi yang ditawarkan oleh obligasi jangka pendek India dan Indonesia melebihi AS2YT = RR mereka telah turun sekitar 200 basis poin (bps). Di Filipina, premi telah turun hampir dalam jumlah yang sama selama 12 bulan terakhir. Di Korea Selatan, Thailand dan Taiwan sebenarnya tidak jauh berbeda. Namun, preferensi yang lebih besar dari investor untuk utang jangka panjang telah membantu menahan tekanan mata uang.


Follow "THIS JUST IN"
  • Facebook Basic Black
  • Twitter Basic Black
  • Black Google+ Icon
Search By Tags

Also Featured In

    Like what you read? Donate now and help me provide fresh news and analysis for my readers   

Donate with PayPal

© 2023 by "This Just In". Proudly created with Wix.com

bottom of page